"Becik kethitik olo kethoro"
Ungkapan falsafah Jawa tersebut di atas sebenarnya sangatlah sederhana apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, secara kurang lebih adalah kebaikan akan terlihat kecil, keburukan akan kelihatan sangat jelas. Walaupun ungkapan tersebut terlihat sederhana, akan tetapi menurut saya makna yang terkandung di dalamnya sangatlah dalam dan merupakan sebuah kenyataan di dalam kehidupan masyarakat sampai saat ini.
Menurut pendapat saya ada dua buah makna di dalam sebuah ungkapan di atas, adapun maknanya adalah sebagai berikut:
- Segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang tidaklah mungkin ditutup-tutupi untuk selamanya. Terlepas perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk pasti akan terlihat juga.
- Biasanya perbuatan baik seseorang akan terlihat kecil/biasa dibandingkan apabila seseorang tersebut melakukan perbuatan buruk yang langsung akan kelihatan/tersebar kemana-mana.
Di dalam masyarakat Jawa, kedua hal tersebut diajarkan untuk mengerti dan memahami sifat-sifat yang ada di dalam diri manusia dan masyarakat pada umumnya.
Untuk makna yang pertama dimaksudkan agar setiap orang selalu berbuat baik. Kebaikan ataupun keburukan akan sama-sama terlihat walaupun pada saat melakukannya tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Terlebih lagi sebuah keburukan tidak akan dapat disembunyikan dalam waktu yang lama karena ibarat menyimpan sebuah bangkai maka bau busuknya pasti akan tercium juga.
Ungkapan ini sebenarnya juga sebagai bentuk keputus asaan seseorang yang merasa bahwa dirinya benar akan tetapi dipersalahkan. Sebagai bentuk keputus asaan tersebut maka seseorang hanya berharap bahwa waktu dan kuasa Tuhan yang akan menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Atau pun pada saat terjadi suatu perselisihan di dalam masyarakat yang cukup rumit sehingga tidak dapat diselesaikan dengan cepat karena kurang jelasnya fakta yang ada. Dalam kasus seperti ini masyarakat akan membiarkan atau menunda penyelesaiannya sambil mengamati masing-masing pihak agar mendapatkan fakta pendukung yang baru. Masyarakat Jawa sangat percaya bahwa dengan seiring berjalannya waktu dan kehidupan ini akan terlihatlah siapa yang benar dan siapa yang bersalah.
Ungkapan ini sebenarnya juga sebagai bentuk keputus asaan seseorang yang merasa bahwa dirinya benar akan tetapi dipersalahkan. Sebagai bentuk keputus asaan tersebut maka seseorang hanya berharap bahwa waktu dan kuasa Tuhan yang akan menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Atau pun pada saat terjadi suatu perselisihan di dalam masyarakat yang cukup rumit sehingga tidak dapat diselesaikan dengan cepat karena kurang jelasnya fakta yang ada. Dalam kasus seperti ini masyarakat akan membiarkan atau menunda penyelesaiannya sambil mengamati masing-masing pihak agar mendapatkan fakta pendukung yang baru. Masyarakat Jawa sangat percaya bahwa dengan seiring berjalannya waktu dan kehidupan ini akan terlihatlah siapa yang benar dan siapa yang bersalah.
Sedangkan untuk makna yang kedua dimaksudkan agar setiap orang tahu dan memahami konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya. Dengan tahu dan paham akan konsekuensinya, sehingga setiap anggota masyarakat selalu berhati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan. Salah satu konsekuensi dari sebuah perbuatan adalah akan tersebarnya berita tentang kebaikan atau keburukan seseorang yang dihasilkan dari perbuatannya tersebut. Perbuatan baik seseorang biasanya dianggap sebagai hal yang biasa atau pun hal kecil (seperti titik yang kecil dalam Bahasa Jawa "kethitik") bahkan mungkin tidak akan terlihat. Sebaliknya pada saat seseorang tersebut melakukan suatu kesalahan atau keburukan maka semua orang akan segera tahu dan menyorotinya. Sebagai contoh untuk masa sekarang, misalnya saja tentang seorang figur publik yang melakukan sebuah keburukan, dengan begitu cepatnya keburukan itu akan tersebar dan sangat mencolok (dalam Bahasa Jawa "kethoro") dan bahkan menjadi sebuah trending topik di mayarakat.
Dengan adanya kalimat ungkapan tersebut diharapkan akan selalu mengingatkan setiap orang untuk cenderung berbuat baik daripada berbuat yang tidak baik. Sampai dengan saat inipun ungkapan "becik kethitik olo kethoro" ini masih diajarkan dalam masyarakat Jawa. Mereka juga masih meyakini bahwa segala perbuatan akan terungkap kebenarannya seiring dengan berjalannya sang waktu. Demikian pemahaman yang dapat saya sampaikan mengenai ungkapan "becik kethitik olo kethoro", semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan pembaca, terima kasih.
Dengan adanya kalimat ungkapan tersebut diharapkan akan selalu mengingatkan setiap orang untuk cenderung berbuat baik daripada berbuat yang tidak baik. Sampai dengan saat inipun ungkapan "becik kethitik olo kethoro" ini masih diajarkan dalam masyarakat Jawa. Mereka juga masih meyakini bahwa segala perbuatan akan terungkap kebenarannya seiring dengan berjalannya sang waktu. Demikian pemahaman yang dapat saya sampaikan mengenai ungkapan "becik kethitik olo kethoro", semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan pembaca, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar