Sabtu, 05 November 2016

Seseorang dinilai dari perkataan dan penampilanya - Ajining Diri Ono Ing Lathi, Ajining Raga Ono Ing Busana

"ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana"


Pada saat seseorang bergaul di masyarakat, pastilah ada suatu penilaian berdasarkan suatu kriteria dan budaya yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Demikian juga di dalam masyarakat Jawa ada suatu ungkapan seperti yang tertulis di atas sebagai salah satu kriteria dalam menilai seseorang.


Sebelum melangkah mengenai prinsip hidup yang terkandung di dalam kalimat ungkapan Bahasa Jawa tersebut, marilah kita terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia secara kata per katanya agar lebih mudah untuk dipahami sebagai berikut:
  • Ajining diri: dapat diterjemahkan sebagai harga diri atau kehormatan
  • Dumunung ana ini : dapat diterjemahkan sebagai terletak pada
  • Lathi: adalah lidah, dalam hal ini adalah perkataan
  • Ajining raga: dapat diterjemahkan sebagai  nilai penampilan/fisik
  • Busana: adalah pakaian atau busana
Ada pun untuk arti secara keseluruhannya adalah: harga diri/kehormatan seseorang terletak pada lidah/perkataan, nilai dari penampilan fisik terletak pada pakaian yang dikenakan. Dua buah hal yang terkandung dalam ungkapan Bahasa Jawa tersebut yaitu perkataan dan cara berpakaian adalah merupakan tolok ukur di dalam masyarakat Jawa untuk menilai orang lain sehubungan dengan seberapa pantas orang tersebut untuk dihargai. 

Di dalam hal perkataan yang dimaksudkan terdapat dua buah makna, yang pertama adalah bagaimana seseorang bertutur kata dengan orang lain, Misalnya saja kelembutan nada bicaranya, ekspresi pada saat berbicara dan mendengarkan orang lain yang sedang berbicara dan pemakaian tingkatan bahasanya apabila berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang lebih dihormati, Tolok ukur ini biasanya digunakan pada saat terjadi komunikasi awal atau pada saat orang baru saja berkenalan. Baca juga: penghormatan dengan bahasa yang digunakan


Untuk makna yang kedua adalah tentang kebenaran dari perkataan yang diucapkan. Hal ini akan menjadi tolok ukur untuk orang yang sudah bergaul atau pun sudah dikenal dengan cukup lama sehingga orang lain akan tahu apakah perkataannya dapat dipercaya, apakah dalam berbicara selalu apa adanya atau dibuat-buat, apakah perkataannya sesuai dengan perbuatannya dan lain sebagainya.

Selanjutnya adalah hal berpakaian, masyarakat Jawa akan menilai seseorang dengan cara melihat bagaimana orang itu mengenakan pakaiannya, Dalam hal ini bukan melihat mahal atau murahnya pakaian yang dikenakan atau pun bagus atau tidaknya pakainan tersebut, tetapi lebih cenderung kearah kerapihan, kesopanan dan keserasian dalam mengenakan pakaian. Sebagai contoh: seorang anak sekolah laki-laki akan dinilai baik apabila mengenakan baju dimasukkan, kancing baju dikancingkan secara semestinya (tidak dibuka satu yang atas), lengan baju tidak dilipat dan sebagainya.

Menurut pemahaman saya, secara kurang lebih makna dan prinsip yang terkandung dalam kalimat ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana adalah seperti di atas. Dan sebagai tambahan informasi, bahwa sampai dengan saat ini prinsip tersebut masih berlaku di masyarakat Jawa sebagai patokan dari masing-masing pribadi anggota masyarakat dan juga cara pandang masyarakat terhadap pribadi di dalamnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar