Selasa, 01 November 2016

Menerima Apa Adanya dan Bersyukur

"Nrimo ing pandhum"




Pada dasarnya manusia mempunyai keinginan yang tiada habisnya, seandainya memungkinkan seluruh duniapun ingin dimiliki. Sifat tersebut tidaklah salah, karena memang sifat tersebut merupakan salah satu dari kodrat manusia. Menurut pemikiran saya, segala sesuatu di dunia ini selalu mempunyai dua sisi yang berlawanan dan tergantung dari manusia menggunakannya dari sisi baiknya ataupun sebaliknya. Keinginan yang tiada habisnya adalah baik apabila tujuan dari keinginan itu adalah baik serta didalam mewujudkan keinginan tersebut dengan cara yang baik pula. Baik dalam pernyataan di atas adalah baik secara umum ataupun menurut aturan yang berlaku dalam suatu komunitas (masyarakat, negara atau dunia internasional), bukan baik menurut pendapat pribadi. Dengan adanya keinginan, kehidupan ini akan menjadi lebih baik dan bertambah baik tetapi dengan adanya keinginan pula kehidupan ini dapat menjadi lebih buruk dan bertambah buruk.


Dalam hal mewujudkan keinginan, terkadang manusia menjadi serakah dan dapat menghalalkan segala cara untuk dapat mencapai keinginannya tersebut. Keinginan inilah sebenarnya yang memicu manusia bisa menjadi baik ataupun jahat, oleh sebab itu manusia harus sadar akan hal ini dan dididik untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang ada dalam dirinya. Didikan ini bisa didapatkan dari pendidikan sekolah, pendidikan budi pekerti, budaya dan agama.

Kembali kepada tema awal tulisan ini yaitu ungkapan dalam Bahasa Jawa yang mengatakan "nrimo ing pandhum" atau kalau mau secara lengkapnya kurang lebih adalah "manungso kuwi mung sakdermo nglakoni, dadi kudhu nrimo ing pandhum". Secara arti kata dalam Bahasa Indonesia ungkapan kalimat Jawa tersebut dapat diartikan menjadi "manusia itu hanyalah sebagai pelaku, sehingga harus menerima apapun yang diberikan (oleh Tuhan)".


Makna dari kalimat ungkapan ini mengajarkan kepada manusia dan khususnya masyarakat Jawa untuk selalu sadar bahwa di dunia ini kita hanyalah seorang pelaku kehidupan yang kurang lebih sudah digariskan oleh Tuhan sehingga apapun yang ada pada kita dan diberikan kepada kita harus senantiasa kita terima dan syukuri. Diharapkan dengan adanya pembelajaran tersebut kita dapat menerima apa adanya diri kita dan juga mensyukuri apapun yang kita dapatkan dalam kehidupan ini tanpa harus serakah, sehingga ketenteraman, kedamaian dan kebahagian bisa kita rasakan di dalam hidup kita. Memiliki banyak harta, menjadi orang terkenal, mempunyai jabatan tinggi dan kekuasaan belum menjamin orang dapat menjadi bahagia tetapi dapat menerima diri dan kehidupan dengan apa adanya serta mensyukurinyalah yang akan membuat orang menjadi bahagia.


Mungkin dari paragraf di atas akan timbul sebuah pertanyaan, "apakah kita tidak boleh mempunyai keinginan ataupun mengejar keinginan kita?" Tentu saja boleh, karena memang kita harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau pun keinginan di dalam kehidupan kita. Yang pasti jangan sampai untuk memenuhi atau mendapatkan keinginan kita tersebut melalui cara yang tidak baik ataupun merugikan orang lain, selanjutnya jangan sampai kita menginginkan sesuatu yang kita sendiri sudah tahu bahwa kita tidak akan bisa mendapatkannya karena hal ini akan membuat kita hidup dalam khayalan serta frustasi dan kecewa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar