"witing tresna jalaran saka kulina"
(perasaan cinta berawal karena terbiasa)
Perasaan cinta yang dimaksud pada ungkapan Bahasa Jawa di atas
sebenarnya adalah perasaan cinta/suka/sayang dalam arti yang menyeluruh
dalam segala hal, bukan sekedar perasaan cinta antara pria dan wanita
saja. Memang secara umum dalam memaknai ungkapan tersebut cenderung
kepada rasa cinta dalam hubungan antar manusia, akan tetapi hal ini juga
juga berlaku terhadap sesuatu yang lain, misalnya saja mencintai suatu
pekerjaan, mencintai suatu kegiatan dan lain sebagainya.
Makna dari ungkapan witing tresna jalaran saka kulina ini sangatlah mengakar pada masyarakat Jawa pada kurun waktu yang lalu karena hal ini diajarkan secara turun temurun dan telah menjadi sebuah budaya serta diakui kebenarannya. Sebuah contoh penerapan prinsip tersebut di dalam masyrakat Jawa di masa yang lalu adalah tentang perjodohan. Dengan adanya prinsip tersebut maka didalam menentukan calon suami atau calon isteri tidaklah seperti jaman sekarang dimana orang dapat memilih seseorang yang disukai/dicintai kemudian berpacaran dan seandainya sama-sama sepakat akan dilanjutkan ke dalam sebuah perkawinan. Mungkin boleh dikatakan bahwa pada masa dahulu tidak ada yang namanya "pacaran", tetapi yang ada adalah sebuah perjodohan. Perjodohan yang saya maksudkan adalah orang tua akan mencarikan calon suami atau calon isteri untuk anaknya yang sudah menginjak dewasa dan siap menikah. Biasanya orang tua akan mencari calon untuk anaknya tersebut dari kenalan dan teman-temannya, dengan suatu kriteria yang ada dalam masyarakat Jawa yaitu: bobot, bibit, bebet (suatu saat mungkin akan saya bahas tersendiri).
Selain dalam hal hubungan antar manusia seperti yang sudah dijelaskan dalam paragraf di atas, sebenarnya masih ada hal lain yang ingin disampaikan oleh ungkapan witing tresna jalaran saka kulina tersebut. Ada dua hal yang ingin disampaikan:
- Untuk hal yang baik dan membangun
- Untuk hal yang tidak baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar