Senin, 24 Oktober 2016

Sekedar Saling Memandang - Urip Kuwi Mung Sawang Sinawang

"Urip kuwi mung sawang sinawang"


Ungkapan berbahasa Jawa dalam tulisan di atas adalah apabila di terjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah "hidup itu hanyalah saling melihat satu dengan yang lainnya".

Ajaran yang ingin disampaikan oleh kalimat tersebut di atas adalah mengenai cara pandang tentang bagaimana kita harus dapat mensyukuri kehidupan yang kita jalani, walaupun terkadang kita melihat orang lain seolah lebih baik kondisi kehidupannya dibandingkan dengan kehidupan kita. Mengapa kita harus bersyukur padahal kita seolah iri melihat kehidupan orang lain? Karena sebenarnya kita hanyalah memandang kehidupan orang lain tersebut dari luarnya saja dan dari apa yang bisa kita lihat serta hanya melihat dari sebuah sisi kehidupan saja tanpa kita tahu yang sebenarnya dan sisi yang lainnya secara menyeluruh. Demikian juga orang lain yang kita anggap lebih baik kehidupannya tersebut bisa jadi juga menganggap bahwa kehidupan kita lebih baik dari kehidupannya di sisi yang lain dari sisi yang kita pandang terhadapnya.


Dari sini terlihat bahwa manusia itu hanyalah saling melihat dari luarnya saja tanpa tahu yang sebenarnya serta tidak menyeluruh dari semua aspek kehidupan yang ada, sehingga dari hal tersebut terciptalah suatu ungkapan untuk mengajarkan bahwa apa yang kita lihat dan kita pikir lebih baik di kehidupan orang lain belum tentu itu benar serta belum tentu sesuai juga buat pribadi kita apabila kita diberikan suatu kesempatan menjalani kehidupan orang lain tersebut. Untuk lebih menjelaskan falsafah tersebut mungkin akan lebih mudah apabila digambarkan dengan sebuah contoh: ada dua buah keluarga yang bertetangga, katakanlah keluarga A dan keluarga B. Keluarga A lebih berada atau kaya dari keluarga B tetapi kekuarga B lebih rukun dan harmonis daripada keluarga A. Keluarga B akan melihat bahwa keluarga A lebih beruntung, lebih enak dan lebih bahagia dari keluarganya karena hanya melihat dari sisi keuangannya saja tanpa melihat sisi kehidupan yang lainnya. Sebaliknya, keluarga A melihat keluarga B lebih baik, lebih rukun dan harmonis dibandingkan dengan keluarganya sehingga keluarga A berpikir betapa enaknya keluarga B karena hanya melihat dari satu sisi saja yang lebih daripada keluarganya.

Dari contoh di atas terlihat bahwa kadang kita melihat orang lain lebih dari pada kita dan juga sebaliknya bahwa orang lain melihat bahwa kita lebih daripadanya. Dari sinilah falsafah "Urip kuwi mung sawang sinawang" untuk mengajarkan bahwa tidaklah perlu kita iri terhadap kehidupan orang lain dan juga mengajarkan bahwa kita harus bersyukur terhadap apa yang ada pada kita. Memang kehidupan orang yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama, dan masing-masing pastilah mempunyai kekebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri sehingga tidak usah saling iri dan cukup kita mensyukuri kehidupan yang dikaruniakan kepada kita dan meyakini bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita.


Demikian pendapat dan pemahaman saya tentang falsafah urip kuwi mung sawang sinawang. Seandainya ada dari pendapat saya di atas yang kurang sesuai mohon untuk berkenan memberikan pendapat dan masukan serta koreksi pada kolom komentar yang tersedia sehingga saya dapat lebih memahami tentang falsafah ini, terima kasih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar